![]() | |
sumber : krjogja.com |
Dwi Mei Sulistya (28) pemuda warga Banguntapan Bantul ini memang terkesan biasa saja. Namun siapa sangka dibalik wajah sederhananya, pemuda yang akrab disapa Sulis ini merupakan salah satu produsen apparel lokal klub sepakbola yang diakui hingga dunia internasional.
Salah satu prestasinya adalah sebagai 100 besar jersey terbaik dunia versi goalcom 3 kali disandang sejak 2014 lalu. Salah satu diantara sedikit di Indonesia yang mampu meraihnya.
Berangkat dari hobi masa kecil, pemuda asal Bantul ini memroduksi jersey atau kostum sepak bola yang bukan hanya jadi koleksi orang di Indonesia. Predikat jersey pertama asal Indonesia yang terpampang di etalase website kolektor jersey terbesar dunia, Classic Football Shirts (CFS) sempat disandang beberapa tahun lalu.
KRjogja.com berkesempatan berbincang lebih jauh dengan pemuda pemilik brand apparel Reds ini. Brand ini pula yang sejak 2013 dikenal luas setia melekat di tubuh para pemain Persiba Bantul dengan berbagai keunikan tema yang diusung.
Awalnya Rugi
Obrolan pun dimulai dari awal ketertarikan Sulis hingga menjadi produsen jersey sepakbola. Ternyata, jawabannya adalah ketika di masa kecil ia kerap diajak sang ayah untuk “wisata jersey” di pasar yang ada di wilayah Solo Jawa Tengah.
“Setiap satu bulan sekali saya selalu berburu jersey klub sepak bola bersama bapak saya di Solo, pasti saya minta pada penjualnya untuk memilihkan yang paling jarang ada di lapaknya. Paling ingat betul jersey Perugia yang Nakata," kata lulusan Advertising FISIP UAJY ini.
Kesukaannya terhadap jersey sepak bola masih sama dengan masa kecilnya. Bahkan saat ini jersy bukan hanya soal hobi tapi juga menghidupi.
Seperti menemukan passion dalam dirinya, Sulis yang mempelajari dunia periklanan dengan segudang ide yang harus dimiliki lantas berupaya terjun ke dunia bisnis seragam sepakbola setelah lulus kuliah. Jadilah Persiba Bantul, tim asli dari brand Reds berasal menjadi klub profesional pertama yang menggunakan jasa produk Sulis.
“Saya tertantang mendukung tim daerah yang sebenarnya saya banggakan. Jadilah pada tahun 2013 Reds memroduksi jersey resmi Persiba Bantul yang kala itu main di kompetisi Indonesia Premier League (IPL). Tapi itupun masih merugi hingga dua-tiga tahun kedepan karena penjualan jerseynya tak sebanding dengan biaya produksi,” kenangnya terkekeh.
Awalnya Rugi
Obrolan pun dimulai dari awal ketertarikan Sulis hingga menjadi produsen jersey sepakbola. Ternyata, jawabannya adalah ketika di masa kecil ia kerap diajak sang ayah untuk “wisata jersey” di pasar yang ada di wilayah Solo Jawa Tengah.
“Setiap satu bulan sekali saya selalu berburu jersey klub sepak bola bersama bapak saya di Solo, pasti saya minta pada penjualnya untuk memilihkan yang paling jarang ada di lapaknya. Paling ingat betul jersey Perugia yang Nakata," kata lulusan Advertising FISIP UAJY ini.
Kesukaannya terhadap jersey sepak bola masih sama dengan masa kecilnya. Bahkan saat ini jersy bukan hanya soal hobi tapi juga menghidupi.
Seperti menemukan passion dalam dirinya, Sulis yang mempelajari dunia periklanan dengan segudang ide yang harus dimiliki lantas berupaya terjun ke dunia bisnis seragam sepakbola setelah lulus kuliah. Jadilah Persiba Bantul, tim asli dari brand Reds berasal menjadi klub profesional pertama yang menggunakan jasa produk Sulis.
“Saya tertantang mendukung tim daerah yang sebenarnya saya banggakan. Jadilah pada tahun 2013 Reds memroduksi jersey resmi Persiba Bantul yang kala itu main di kompetisi Indonesia Premier League (IPL). Tapi itupun masih merugi hingga dua-tiga tahun kedepan karena penjualan jerseynya tak sebanding dengan biaya produksi,” kenangnya terkekeh.
Semoga pengalaman pemuda ini bisa menjadi inspirasi pemuda lain di Indonesia untuk memupuk bakatnya sehingga bisa berbuah prestasi yang cemerlang di masa depan.
0 Komentar